PropellerAds
Showing posts with label PENGERTIAN. Show all posts
Showing posts with label PENGERTIAN. Show all posts

Sunday, December 27, 2015

PENGERTIAN ILMU FALAK DAN PERKEMBANGANNYA

PENGERTIAN ILMU FALAK DAN PERKEMBANGANNYA 

PENGERTIAN ILMU FALAK DAN PERKEMBANGANNYA 

Falak ( Arab = الفلك ) secara bahasa (etimologi) berarti orbit atau lintasan benda-benda langit.
Ilmu Falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi, bulan, dan matahari-pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.
Ilmu Falak disebut juga ilmu hisab, karena ilmu ini menggunakan perhitungan ( الحساب =perhitungan). Ilmu Falak disebut juga ilmu rashd, karena ilmu ini memerlukan pengamatan ( الرصد =pengamatan). Ilmu Falak disebut juga ilmu miqat, karena ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu ( الميقات =batas-batas waktu). Ilmu Falak disebut juga ilmu haiah, karena ilmu ini mempelajari keadaan benda-benda langit ( الهيئة = keadaan).

Sejarah Perkembangan Ilmu Falak

Yunani Kuno

Ilmu Falak pada masa Yunani Kuno merupakan sebuah ilmu yang digunakan untuk menghitung waktu menyembah Dewa. Pada masa ini orang Yunani mengira bahwa bumi itu sangat kecil dan langit sangatlah dekat, Bumi diatur oleh Zeus dan Helios yang tiap pagi mengendarai kereta perang dari timur ke barat. Tetapi. di Yunani inilah , lahirnya ilmuwan astronomi yang sangat penting bagi Ilmu Falak atau Astronomi pada masa yang akan datang. Seperti ;
·         Philsop Thales, ia mengemukakan konsep perputaran bumi seperti cakram atau piringan yang datar.
·         Pitagoras,ia meruupakan peletak dasar bahwa bumi itu seperti bola tanpa ujung dan pangkal.
·         Aristoteles, ia berpendapat bahwa bumi berputar pada porosnya dan berputar disekitar matahari bukan sebagai pusat alam semesta tetapi, ia tidak tahu apa yang menyebabkan sebuah planet dan bintang melayang dan tidak jatuh.
·         Ptolomeus, ia mengajarkan kepada murid muridnya mengenai cakrawala atau kosmos bahwa bumi merupakan pusat alam semesta. Pendapat ini diikuti oleh para ilmuwan selama hamper 16 abad. Dan, naskahnya merupakan pedoman dan dasar dari ilmu astronomi, yakni ‘’Almagest’’ atau ‘’Tabril Magesti’’.

Mesir Kuno

Sama seperti Yunani Kuno , bangsa mesir juga digunakan untuk menentukan waktu ritual keagamaan dan mereka juga menggunakannya untuk mengetahui saat banirnya Sungai Nil.

Arab

Sebelum datangya Islam, bangsa Arab sudah memiliki pengetahuan dasar tentang ilmu astronomi tetapi, belum terumuskan secara ilmiyah. Ilmu astronomi terumuskan dan berkembang pada masa Bani Abbasiyyah sebagai hasil dari akulturasi budaya Persia, India, dan Yunani. Terutama sejak munculnya gairah penerjemahan buku ke dalam bahasa arab baik yang diterjemahkan oleh pelajar Kristen, penyembah berhala, maupun pelajar Islam sendiri. Buku buku karya ilmuwan terdahulu seperti ‘’Al Magest’’ karya Ptolomeus, buku buku Plato dan Aristoteles. Dan tokoh yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, ia menulis buku berjudul ‘’Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah’’ sekitar tahun 825. Buku ini sangatlah mempengaruhi pemikiran ilmuwan Eropa nantinya. Dan, Abul Abbas Ahmad Al-Farghani, dengan karyanya ‘’Nujum wal Harakaat al-Samaawiyah’’. Ia dinobatkan sebagai pionir dalam bidang astronomi modern.

Masa Eropa

Jika Yunani adalah peletak dasar teori metode ilmiah maka Islam adalah generasi selanjutnya, dan setelah runtuhnya kekaisaran Islam otomatis pengetahuan beralih ke Barat. Ilmuwan yang terkenal pada masa ini adalah Copernicus, ia berpendapat bahwa semua planet dan matahari tidak mengelilingi bumi hanya bulan saja yang mengelilinginya, teori ini yang dinamakan Heliosentris. Teori ini juga diperkuat oleh Giordeno Bruno dan Galileo Galilei. Mereka tidak sependapat dengan teori Geosentris dari Ptolomeus dan lebih menyetujui teori Heliosentris. Meskipun hal itu mengantarkan mereka (Galileo Galilei dan Copernicus) kepada kematian. Meskipun, saat itu teori tersebut sangat dilarang oleh kaum agamawan saat itu tetapi, mereka tetap melanjutkan dan membuktikan bahwa teori yang mereka anggap itu benar. Seperti ; Johannes Kepler,Tycho Brahe,Isaac Newton.

Pembagian Ilmu Falak
Ilmu Falak pada garis besarnya dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu Falak Ilmiy, dan ilmu Falak Amaliy. Ilmu Falak Ilmiy disebut juga Theoritical Astronomy. Ilmu Falak Amaliy disebut juga Practical Astronomy. Ilmu Falak Amaliy inilah yang oleh masyarakat disebut sebagai ilmu Falak atau Ilmu Hisab.
Bahasan Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya ilmu Falak ini mempelajari 4 bidang, yakni:
1.  Arah Kiblat dan bayangan arah kiblat.
2.  Waktu-waktu Salat.
3.  Awal bulan.
4.  Gerhana.




----------------

Sumber: Wikipedia.Org

BENARKAH BELAJAR ILMU FALAK SULIT?

BENARKAH BELAJAR ILMU FALAK SULIT?




Setiap kali mendengar kata atau kalimat yang menyangkut Ilmu Falak, selalu itu juga kita mempersepsikan suatu ilmu yang sulit dipelajari. Kita dengan tergesa mengindisikan diri merasa tidak mampu melakukan apa-apa. Padahal terkadang jika ditanya kesulitannya terletak di mana, kita tidak tahu di mana titik kesulitannya.

Kita lebih dini mengatakan sulit tapi kerap belum mencoba atau melakukan dan terjun di dalamnya. Lebih parah lagi mengatakan sulit hanya karena dengar-dengar dari orang lain. Pada hakikatnya segala ilmu pengetahuan itu adalah mudah selagi kita mau mempelajarinya. Kuncinya kesabaran.

Ketidaksabaran untuk menguasai suatu ilmu menyebabkan banyak kita membuat simpulan “ilmu ini sulit.” Padahal pelajaran itu memiliki tahapan-tahapan. Begitu juga mempelajari Ilmu Falak. Ada beberapa tahapan-tahapan yang harus kita pahami dimulai dari dasar, penggunaan istilah-istilah baru yang tidak begitu familiar, selanjutnya perhitungan-perhitungan, baik hisab (perhitungan) arah kiblat, waktu shalat, awal bulan, maupun terjadinya gerhana (matahari dan bulan), serta pengamatan di lapangan yang objek pengamatannya meliputi bulan, matahari dan bumi.

Sesudah mengetahui tahapan itu, jalan terang mulai terbuka. Hemat Penulis, mempelajari Ilmu Falak tidaklah sulit seperti yang dibayangkan kebanyakan orang karena sebelumnya Penulis juga sama sekali tidak mengetahui apa-apa terkait Ilmu Falak. Penulis bahkan belum pernah mendengar apa Ilmu Falak? Bagaimana mempelajarinya? Apa saja cakupannya?

Penulis akan mencoba memberikan penjelasan sederhana apa yang disebut Ilmu Falak. Ilmu Falak berasal dari kata "al-Falak". Kata ini di dalam al-Qur'an disebut dua kali, pertama di Surat al-Anbiya ayat 33. Kedua di Surat Yasin ayat 40. Secara bahasa, falak berarti orbit, lintasan, atau peredaran benda-benda langit. Jadi Ilmu Falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan, orbit, peredaran benda-benda langit pada orbitnya untuk posisi benda-benda langit antara satu dan lainnya dapat diketahui. Dengan demikian waktu-waktu di permukaan bumi bisa diketahui.

Dalam perkembangannya Ilmu Falak disebut juga Ilmu Hisab karena ilmu ini mengunakan hitungan sebagai alat bantu seperti hisab awal bulan, dan sebagainya. Ilmu ini bisa juga disebut Ilmu Rashd karena memerlukan pengamatan terkait benda-benda langit (bumi, bulan, matahari dan lainnya). Nama lainnya adalah Ilmu Miqat karena ilmu ini digunakan untuk mempelajari waktu-waktu yang ditentukan terutama dalam hal ibadah, seperti masuknya waktu shalat, berbuka puasa dan seterusnya. Pada gilirannya ilmu ini disebut Ilmu Nujum karena pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi, dan lebih dikenal dengan istilah Astrologi.

Ruang lingkup pembahasan Ilmu Falak dalam objek formalnya secara garis besar terbagi atas dua. Pertama, ilmu yang membahas tentang benda-benda langit baik teori maupun konsep, misalnya cosmogony (asal mula kejadian benda-benda langit serta perkembangan selanjutnya), cosmologi (bentuk dan tata himpunan benda-benda langit), cosmografi (gambaran peredaran benda-benda langit serta kelompok-kelompok bintang), astrometrik (ukuran benda-benda langit serta jarak antara satu benda dan lainnya serta merupakan dasar bagi penentuan sistem koordinat astronomi, lintasan dan gerak benda langit), astromekanik (gerak benda-benda langit serta gaya tarik antara satu dan lainnya), astrofisika (sifat dan unsur-unsur yang terdapat pada benda langit dari segi fisika yang bersandar pada telaah pancaraan yang diterima dari benda langit). Ilmu ini banyak dipersepsikan dengan Ilmu Astronomi.

Kedua, ilmu yang membahas lintasan benda-benda langit dengan melakukan perhitungan untuk mengetahui kedudukan dan posisi benda-benda langit antara satu dan lainnya secara umum disebut Ilmu Falak. Ilmu ini lebih khusus membahas masalah yang berkaitan dengan ibadah seperti, arah kiblat dan bayangan arah kiblat (rashd kiblat), waktu-waktu shalat, awal bulan, dan gerhana (matahari dan bulan).

Adapun kitab-kitab Ilmu Falak karya ulama Nusantara berkembang di Indonesia dalam Bahasa Arab. Karya-karya itu pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel yang memuat data astronomis matahari dan bulan. Karya-karya ini masih digunakan di pesantren-pesantren bahkan menjadi acuan dalam penentuan awal bulan.

Sebut saja Badi’atul Mitsal karya KH Ma’shum bin Ali Jombang, Ittifaq Dzatil Bain karya KH Muhammad Zubair Gresik, Sullamun Nayyirain karya Guru Manshur Jembatan Lima Jakarta Barat, Khulashatul Wafiyah karya KH Zubair Umar al-Jailani Salatiga, Nurul Anwar karya KH Noor Ahmad SS Jepara, Irsyadul Murid karya KH Muhammad Ghozali MF Sampang dan banyak lagi kitab-kitab lainnya.

Sedangkan buku-buku Ilmu Falak yang berbahasa Indonesia banyak disajikan praktis dan sederhana sehingga mudah dipelajari oleh pelajar pemula. Buku ini banyak di pasaran. Buku-buku ini juga banyak digunakan mahasiswa di kalangan kampus terutama UIN Walisongo Semarang yang secara khusus membuka jurusan Ilmu Falak.

Buku-buku rujukannya adalah Ilmu Falak Jilid 1 dan 2 karya KH Slamet Hambali, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik karya KH Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Praktis karya KH Ahmad Izzuddin serta banyak lagi buku-buku yang lainnya.


---------

Artikel di atas ditulis oleh Khairurraji, staf harian Lembaga Falakiyah PBNU
sumber :
http://www.nu.or.id/post/read/64983/benarkah-belajar-ilmu-falak-sulit